Selasa, 16 Juni 2009

BUALAN SEORANG PEMBONCENG.

Ojek adalah inisiatif warga dalam penyediaan transpotrasi di kota maupun desa. Tak perlu pelat kuning. Bahkan kadang tak perlu pelat nomor. Kalau hanya mengangkut seorang, ojek sudah menggeser delman dan becak. Keberadaan ojek adalah antara diakui dan diabaikan oleh negara.
Ojek motor bermula dari sepeda, kemudian mesin menggantikan kayuhan — sementara yang kereta angin masih bertahan.
Ojek adalah favorit saya untuk menembus kemacetan. Menjadi masalah ketika hujan tiba, tak merata pula, sehingga ketika tiba di tempat kering saya sudah basah kuyup.
Bagaimana dengan naik motor sendiri atau membonceng teman?
Beda. Di atas ojek kita adalah penumpang. Membayar. Sebisanya ikut mengatur pengemudi. Dengan instruksi, jawilan, dan bila perlu memukul pengendara jika lutut kita dibentur-benturkan ke mobil.
Menyangkut bayaran, saya pernah selalu kena pungut lebih mahal dari tarif normal setiap kali pulang ke rumah. Alasan para ojekers, “Situ kan kaya. Tuh, motornya cuma diparkir di teras, tapi naik ojek terus.” Percuma menjelaskan bahwa itu skuter rusak, yang bannya kempis, sehingga untuk didorong ke bengkel pun berat — bahkan ditawarkan pun tak ada yang sudi membeli.
Sama seperti naik taksi, menumpang ojek berarti menjadi navigator. Bedanya dengan sopir taksi, sebagian besar tukang ojek hanya mengenal wilayah mangkalnya dalam radius lima kilometer. Mereka hapal kelokan kesebelas dari gang sempit yang berawal di belakang masjid dan berujung di pinggir rel — sepanjang masih termasuk orbitnya.
Seorang nona, calon reporter asal Kupang, alumna universitas di Australia, yang tak kenal Jakarta, pernah naik ojek dari Plumpang di Utara ke Kebonjeruk di Barat. Pengendara dan pembonceng harus sering berhenti untuk menanyakan arah. Entahlah apakah si tukang ojek bisa kembali ke pangkalannya dengan lancar jaya.
Di Pondokgede, seorang tukang ojek sudah merasa menguasai ujung dunia karena dia tahu persis mana batas Ujungaspal dari masa ke masa. Tapi ketika saya menjawab barusan naik bus dari Slipi, dia menanggapi, “Slipi? Jauh juga, yak? Itu kan di Priok sono noh… Eh, apa di Kota, yak?”
Tahu atau tak tahu kawasan, tukang ojek akan semampunya menggeber tunggangannya. Tak soal rantai akan lepas. Tak peduli jari-jari roda sudah mengendur. Berlagak lupa bahwa rem sudah tipis. Potong sana-sini. Selap-selip. Melindas trotoar. Melompati polisi tidur. Mengabaikan polisi berdiri. Bila perlu melawan arus.
Menjadi penumpang dari kendaraan pelanggar hukum itu ada enaknya. Kesalahan bisa kita timpakan ke pengendara. Itu bukan sikap mendua, melainkan pragmatik dan realistik. :D
Hanya orang naif kebangetan yang mengandaikan bagaimana jika pengojek beroperasi dengan Ducati MTS 1100-08. Ini pasti sebangsa anak steril dari keluarga multimiliarder yang bercerita di depan kelas, “Si Budi anak kaya. Papanya kaya, mamanya kaya, opanya kaya, omanya kaya, sopirnya kaya, tukang kebunnya kaya. Semuanya kaya.”

Sumber:
http://blogombal.org/2007/11/28/ojek-wuzzzzzz/ 16 Juni 2009

Ojek

Ojek
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Seorang pengemudi ojek di pangkalan ojek.
Ojek atau ojeg adalah transportasi umum informal di Indonesia yang berupa sepeda motor atau sepeda, namun lebih lazim berupa sepeda motor. Disebut informal karena keberadaannya tidak diakui pemerintah dan tidak ada izin untuk pengoperasiannya. Penumpang biasanya satu orang namun kadang bisa berdua. Dengan harga yang ditentukan dengan tawar menawar dengan supirnya dahulu setelah itu sang supir akan mengantar ke tujuan yang diinginkan penumpangnya.
Ojek banyak digunakan oleh penduduk kota-kota besar misalnya di Jakarta. Karena kelebihannya dengan angkutan lain yaitu lebih cepat dan dapat melewati sela-sela kemacetan di kota. Selain itu dapat menjangkau daerah-daerah dengan gang-gang yang sempit dan sulit dilalui oleh mobil. Biasanya mereka mangkal di persimpangan jalan yang ramai, atau di jalan masuk kawasan permukiman.
Ojek sepeda jarang sekali ditemukan namun di Jakarta yaitu di Kota dan Tanjung Priok masih banyak ojek sepeda yang beroperasi walaupun hanya berjarak pendek.

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Ojek 16 juni 2009